Rabu, 01 Agustus 2018

MENIKMATI DEMOKRASI "Strategi Dakwah Meraih Kemenangan"

1. MARI KITA BERHENTI SEJENAK (bag. 2)


       Kedua, karena kita hidup di sebuah masa dengan karakter tidak stabil. Perubahan-perubahan dilingkungan strategis berlangsung dalam durasi dan tempo yang sangat cepat. dan perubahan-perubahan itu selalu menyediakan peluang dan tantangan yang sama besarnya. Dan apa yang di tuntut dari kita, kaum dai adalah melakukan pengadaptasian, penyelarasan, penyeimbangan dan --pada waktu yang sama--meningkatkan kemampuan untuk memanfaatkan momentum. Ketiga, karena kita mengalami seleksi dari Allah swt. seccara kontinu sehingga banyak duat  yang berguguran, juga banyak yang berjalan tertatih-tatih.

       Semua itu membutuhkan perenungan yang dalam. Maka, dalam majlis iman  ini , kita mengukuhkan sebuah wacana bagi proses pencerahan pikiran, penguatan kesadaran, penjernihan jiwa, pembaharuan niat dan semangat jihad. Dan inilah yang dibutuhkan oleh dakwah kita saat ini.

       Tradisi penghentian atau majlis iman semacam ini harus kita lakukan dalam dua tingkatan;; individu atau jamaah. Pada tingkatan individu, tradisi ini dikukuhkan melalui kebiasaan merenungi, menghayati dan menyelami telaga akal kita untuk menemukan gagasan baru yang kreatif, matang dan aktual disamping kebiasaan muhasabah, memperbaharui niat, menguatkan kesadaran dan motivasi, serta memelihara kesinambungan semangat jihad. Hasil-hasil inilah yang kemudian kita bawa kedalam majlis iman untuk kita bagi kepada yg lain sehingga akal individu melebur dalam akal kolektif, dan kreatifitas individu menjelma menjadi kreatifitas kolektif.

      Kalau ada pemaknaan yang apalikatif terhadap hakikat kekhusyukan yang disebutkan dalam alqur'an, maka inilah salah satunya. Penghentian inilah yang mewariskan kemampuan berfikir strategis, penghayatan emosional yang menyatu secara kuat dengan kesadaran dan keterarahan yang senantiasa terjagadisepanjang jalan dakwah yang berliku dan curam. Maka, Allah swt. berfirman, "Belumkah datang saat bagi orang-orang beriman untuk mengkhusyukan hati dalam mengingat Allah dan dalam (menjalankan) kebenaran yang diturunkan. Dan bahwa hendaklah mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Alkitab sebelumnya (dimana) ketika jarak antara mereka (dengan sang Rasull) telah jauh, maka hati-hati mereka menjadi keras, dan banyak dari mereka yang menjadi fasik." (Q.S. Alhadid: 16).

       beginilah akhirnya kita mengapa Rasulullah saw. menyunahkan umatnya melakukan itikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. atau mengapa Allah swt. menanamkan kegemaran berkhalawat pada diri Rasulullah saw. tiga tahun sebelum diangkat menjadi Rasul: atau bahkan mengapa Umar Bin Khattab mempunyai kebiasaan itikaf di Masjid Haram sekali sepekan dimasa jahiliyah. Begini pula akhirnya kita memahami mengapa majelis-majelis kecil para sahabat Rasulullah saw.di masjid atau di rumah-rumah berubah menjadi wacana yang melahirkan gagasan-gagasan besar atau tempat merawat kesinambungan iman dan semangat jihad. Maka ucapan mereka adalah perenungan.

       Tradisi inilah yang hilang di antara kita sehingga diam kita berubah menjadi imajinasi yang liar, ucapan kita kehilangan arah dan makna. Maka dakwah kehilangan semua yang ia butuhkan pikiran-pikiran baru yang matang dan brilian, kesadaran yang senantiasa melahirkan kepekaan, dan semangat jihad yang tak pernah padam di sepanjang jalan dakwah yang jauh dan berliku.

Tidak ada komentar: