Jumat, 15 Januari 2021

MERASA DIAWASI

”MERASA DIAWASI” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 216 Th.11)

                Sebuah kisah yang mungkin tidak terjadi, kecuali di zaman ketika orang-orang shalih mengisi kehidupan bermasyarakat. Ketika rasa diawasi Allah SWT (muraqabatullah) ada dalam diri banyak orang dan terwujud nyata melalui sikap-sikap yang mengagumkan.

                Saudaraku,

                Mari dengarkan sejenak saja, sepotong kisah kehidupan mereka yang merasa terawasi dan terpantau oleh Allah SWT dalam setiap geraknya. Kisah ini, diriwayatkan dalam sejumlah versi. Salah satunya di urai dalam kitab Hilyatu Al Auliya, karya Abu Na’im Al Asfihani.

                Saudaraku,

Dahulu, ada seorang kaya bernama Nuh bin Maryam yang dihormati masyarakatnya. Selain kaya, ia juga di kenal seagai orang yang berpegang pada prinsip dan ajaran Islam dengan baik. Nuh Bin Maryam dikaruniai seorang perempuan yang cantik dan juga baik akhlaknya. Ia mempunyai seorang pembantu, Mubarak namanya. Seorang pembantu, jelas bukan dari orang yang berada dan tak memilik banyak harta. Kehidupan umumnya mereka, bisa dikatakan sangat sederhana. Tapi kelebihannya, sebagaimana tuannya, pembantu Nuh Bim Maryam itu, juga seorang yang kuat berpegangan pada nilai Islam yang memiliki prilaku akhlak yang terpuji.

Suatu ketika, Nuh Bim Maryam memerintahkannya untuk memelihara dan menjaga kebun anggur miliknya. “Mubarak, pergilah ke kebun itu, dan jagalah buah-buahnya. Periharalah buah itu sampai aku nanti akan datang lagi ke sana,” ujar Nuh Bin Maryam. Setelah itu, Nuh pergi meninggalkan Mubarak di kebun itu.

Sampai beberapa bulan kemudian, saat musim panen menjelang, Nuh Bin Maryam datang ke kebunnya. Hari siang terik, membuat Nuh Bin Maryam ingin beristirahat di kebunya, dibawah bayang-bayang dan dan pohon anggur miliknya. Ia duduk dibawah pohon sambil mengatakan, “Mubarak, tolong bawakan setangkai anggur yang sudah masak dan manis.” Mubarak lalu menghampirinya dengan membawa setangkai anggur.  Setelah dicicipi, Nuh Bin Maryam terkejut dan mengatakan, “Mubarak, tolong bawakan saya yang lainnya. Ini masih muda dan masam. Mubarak lalu datang kembali dengan membawa anggur. Tapi setelah dirasakan, anggur itu tak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, yakni masih terlalu muda dan masam. Berapa kali, Nuh Bin Maryam memintakan hal yang sama. Tapi Mubarak kembali dengan mebawakan kurma tidak sesuai dengan permintaannya.

Saudaraku,

Nuh Bin Maryam hampir marah. Ia merasa perintah-perintahnya tak dikerjakan sebagaimana mestinya. Ia mengatakan, “Mubarak, saya minta padamu untuk dibawakan setangkai anggur yang sudah matang dan manis. Tapi engkau datang membawa kurma yang masih muda dan rasanya asam. Apakah engkau tidak tahu mana anggur yang manis dan asam?”

Karena akhlaknya yang baik, Nuh Bin Maryam tetap memeri kesempatan untuk mendengarkan jawaban pembantunya yang kemudian menbuatnya tercengang. “Pak, dahulu Anda tidak meninta saya untuk memakan buah-buah anggur ini. Anda hanya meminta saya untuk menjaga dan meeliharanya. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, saya tidak pernah menicipi buah-buah itu sedikitpun…” Inilah jawaban Mubarak. Ia belum selesai dan melanjutkan jawabannya, “Demi Allah, aku tidak merasa diawasi olehmu dan tidak merasa diawasi oleh siapapun makhluk di bumi ini. Tapi aku merasa diawasi oleh Allah Yang tidak ada sesuatu yang rahasia bagi-Nya di langit dan bumi.”

Saudaraku,

Nuh Bin Maryam benar-bernar terkejut dengan jawaban itu. Jawaban yang begitu memukau karena menyebutkan pembantunya adalah orang yang shalih dan berakhlak mulia. Ia mengatakan, “Mulai sekarang, saya akan berkonsultasi denganmu, dan orang yang saya ajak konsultasi haruslah orang yang terpecaya.” Tak lama kemudia ia mengucapkan sesuatu yang tak terduga oleh Mubarak. “Mubarak, sudah ada orang yang ingin memperistri putriku. Orang itu adalah orang berharta, berkedudukan dan mempunyai jabatan. Kepada siapa kira-kira aku harus menikahkan putriku itu?” tanya Nub Bin Maryam.

Mubarak menjawab, “Dahulu orang-orang jahiliyah menikahkan putri mereka karena pertimbangan kekayaan dan keturunan saja. Orang-orang Yahudi menikahkan putri mereka berdasarkan pertimbangan harta. Orang Nasrani, menikahkan karena kecantikan. Dan di zaman Rasulullah SAW, kaum muslimin menikahkan anak mereka karena pertimbangan agama dan akhlak. Lalu di zaman kita sekarang, orang menikahkan anak perempuannya karena harta dan kedudukan. Sesungguhnya seseorang itu dinilai dari orang yang ia cintai. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, berarti mereka termasuk golongan itu.”

Nuh bin Maryam tertegun dengan jawaban itu. Kemudian mengatakan, “Lalu, apa nasihat dan masukanmu?” ia terus berfikir tentang kecerdasan, keshalihan, ketajaman pandangan, yang dimiliki Mubarak belum pernah ia temui dalam diri orang selainnya. Sebelum Mubarak menjawab, Nuh bin Maryam mengatakan, “Anda saya merdekakan karena Allah…” Lalu ia menyambung lagi, “Saya telah pertimbangkan masak-masak, dan saya menilai Andalah orang yang paling tepat untuk saya nikahkan dengan anak perempuan saya..”

Saudaraku,

Setibanya di rumah, Nuh bin Maryam pun bercerita kepada putrinya tentang peristiwa yang terjadi. “Setelah ayah pertimbangkan secara mendalam, ayah memilih dia untuk menikahimu..”  Puterinya mengatakan, “Apakah ayah ridha aku menikah dengannya?” Nuh bin Maryam mengatakan, “Ya,.” Puterinya menjawab, “Kalau begitu, aku pun ridha menerimanya sebagai suamiku, karena aku merasa di awasi oleh Allah Yang tak mungkin ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya di langit dan di bumi.”

Apa buah dari pernikahan kedua hamba Allah SWT yang shalih dan shalihah ini? Ketika istri Mubarak hamil dan melahirkan anak laki-laki, mereka menamakan anaknya, Abdullah.

Saudaraku,

Kita pasti tahu, siapa Abdullah? Ya. Abdullah bin Mubarak rahimahullah. Seorang Ulama, ahli hadits, zuhud, ahli ibadah yang namanya menghiasi sejarah Islam di zaman tabi’it tabi’in. Itulah buah dari rasa diawasi oleh Allah SWT dalam segala keadaan. Rasa diawasi dan dipantau oleh Allah SWT dalam segala keadaan, pasti memberi yang terbaik untuk hidup.

Tidak ada komentar: