Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 208
Th.11)
Tahukah engkau, bahwa Rasulullah
SAW pernah diletakkan kotoran unta di kepalanya. Pernah bercucuran darah
kainnya. Pernah patah gigi gerahamnya. Pernah tersungkur kepalanya. Pernah dibunuh
orang-orang yang dicintainya. Pernah mengganjal perutnya dengan batu karena
lilitan lapar. Pernah diblokade dilembah Syi’ib. Telinganya pernah mendengar
caci maki. Matanya melihat kekejian. Pernah diusir dari rumahnya. Pernah dituduh
gila, dituduh tukang sihir dan tukang tenun.
Tahukah engkau, bahwa Umar radhiallahu anhu meniggal di atas mihrab
shalatnya. Tubuhnya tercabik. Tahukah engkau, Ustman radhiallahu anhu, darahnya mengalir membasahi mushaf yang ada di
tangannya. Padahal Ustman radhiallahu
anhu ketika itu berusia 80 tahun. Tahukah engkau, Ali radhiallahu anhu ditusuk tubuhnya oleh orang-orang Khawarij. Sampai-sampai
darah mengalir dari kepalanya ke janggutnya. Tahukan engkau, Ibnu Taimiyah rahimahullah dijebloskan ke penjara. Dicambuk
hingga menetes-netes darahnya. Diinjak-injak kehormatannya.
Dan masih banyak lagi
orang-orang selain mereka dengan contoh kehidupan seperti itu. Apakah engkau
mengetahui itu? Apakah engkau menguasai jalannya cerita orang-orang itu dengan
baik?
Bagaimanakah bila ada pohon
prinsip dan konsep berfikir, yang tidak dibarengi dengan sikap serta berfikir,
yang tidak dibarengi dengan sikap serta tindakan? Bagaiman hati bisa merindukan
sikap yang pengecut yang ada dalam perutnya? Bagaimana ummat akan mencintai
orang yang hina, tak mempunya peran kontribusi sejarah kebangkitannya? Tidak juga
dalam keberanian seperti pahlawan medan laga, dan juga tidak berani sekedar
naik ke minibar?
Lalu, siapa memerangi para Rasul
Alaihimussalam? Dimana para tokoh mereka? Apa akibat dari sikap mereka? Dimana orang-orang yang melakukan permusuhan
dan tuduhan kepada Al Ma’shum Rasulullah SAW, dan para sahabatnya serta orang
yang mengikuti jalannya? Mereka semua telah hilang, tak meninggalkan bekas
apapaun dan semua upaya jahat mereka telah hancur.
Adapun para pemegang teguh
prinsip-prinsip yang mulia, prinsip-prinsip itu tetap hidup. Pesan dan dakwah
mereka telah menyebar kemana-mana. Pasukan mereka memperoleh kemenangan
dimana-mana. Karena mereka tetap teguh laksana gunung. Kokoh memegang al baq. Dan itu hanya memakan waktu yang
pendek saja. Namun wajah-wajah mereka bersinar menerangi fajar kebebasan,
kebahagiaan kemenangan, zaman keunggulan dan kebanggaan.
Sejarah mereka terpateri di
dalam hati. Tertulis dengan tinta yang penuh cahaya. Nama-nama mereka terukir
diatas mimbar. Ajaran-ajaran mereka menjulang ke ufuk. Sementara musuh-musuh
mereka dikecam disetiap musim dan terhina di setiap pembicaraan. “sungguh hanya
milik Allah SWT dan Rasul-nya juga kaum Mukminin saja, kemuliaan itu. Akan tetapi
kaum munafiqin tidak menegtahui.”
Diantara prinsip kita paling
dasar dan ajaran kita paling mulia adalah, kita harus bangga dengan agama ini. Kita
harus merasa mulia karena Allah SWT telah menjadikan kita umat Muslim. Siapapun
yang tidak merasa mulia dengan agama ini, dan tidak merasa bangga sebagai
muslim, berarti dalam dirinya ada keraguan atau sedikit saja keyakinannya.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran kepada Rasul-Nya, “Dan sesungguhnya Al-Quran
itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak
kamu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. As Zukhruf : 44) Artinya, Al Quran
ini adalah kemuliaan bagimu, kehormatan bagi kaummu, bagi para pengikutmu di
hari kiamat. Karenanya, wajib engkau dengan Al Quran, karena engkau adalah
ummat Al Quran, dan ummat Islam.
Allah SWT berfirman,”Janganlah
kalian bersikap lemah dan jangan pula kalian bersedih hati, padahal kalianlah
orang-orang yang paling tinggi (mulia), jika kalian orang-orang yang beiman.”
(QS. Ali Imran : 139). Lebih tinggi sandarannya, lebih tinggi secara prinsip,
lebih tinggi secara ajaran. Prinsip kita adalah prinsip yang murni. Al Quran
kita ada lah Al Quran yang mulia. Sandaran kita adalah Rabb yang Maha Mulia. Bagaiman
mungkin ada orang yang merasa hina bila Allah SWT sebagai Rabbnya dan Tuhannya?
Bagaimana mungkin akan terhina orang yang Rasul dan Qudwahnya adalah Muhammad shallalluhu alaihi wa sallam. Bagaimana mungkin
merasa hina orang yang beragama Islam?
Karenanya, kita harus bangga. Kita
harus merasakan kemuliaan, kehormatan dan ketinggian ketika Allah SWT
menjadikan kita sebagai umat Islam. Allah SWT menolak orang-orang beranggapan
bahwa kemuliaan dan kehormatan ada pada sejauh mana memperoleh harta benda dan
memiliki dunia, “Dan mereka berkata:” Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada
seseorang pembesar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini. Apakah mereka
yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan Antara mereka
peghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat. Agar sebagian mereka dapat
menggunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf : 31-32)
Kemuliaan, dalam hal apapun, tak
tergantung pada gedung bertingkat ataupun istana megah. Tidak juga pada harta
benda, tidak pada organisasi atau perkakas modern. Kemuliaan hanya bisa
diperoleh jika engkau menjadi hamba dari Rabb pencipta bumi dan langit. Kemuliaan
ketika engkau menjadi salah satu dari penolong agama Allah SWT. yang
mengerjakan amal shalih. Yang menghindari yang haram. Yang mencintai
orang-orang shalih.
Engkau melihat orang yang
bertakwa, lalu jika engkau sebagai Muslim, maka hatimu akan mencintai orang
itu. Karena engkau akan melihat pada wajahnya ciri-ciri ketulusan, penerimaan
dan keridhaan. Tapi ketika engkau melihat orang kafir, jika engkau seorang
Muslim, maka jiwamu cenderung tidak menerimanya meskipun ia berpakaian indah. Karena
pada wajahnya terdapat ciri-ciri kemarahan dan tampak tanda-tanda menolak Allah
SWT. ”Wa izaaa raitabun tu’jibuka
ajsaamuhum…………khusyubum musannadab.”
Saudaraku, banggalah karena
engkau menjadi Muslim. Jangan ada keraguan atas agungnya agama yang engkau
peluk ini. Jangan ada keraguan atas pengaruh kebaikan yang engkau alami karena
agama ini. Gigitlah agama ini dengan gerahammu. Pegang teguhlah agama ini. Bernaunglah
dibawah panji-panjinya. Agar engkau bisa maju dan meninggi. Agar engkau diiringi
oleh kemuliaan dan ketinggian. Selama engkau hidup didunia ini, tetaplah
sambung talimu dengan Rabbmu. Banggalah bahwa engkau adalah seorang Muslim. Engkau,
tanpa Islam, adalah nol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar