Rabu, 15 Juli 2020

“SEMUA TAK ADA YANG SIA-SIA” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 289 Th.14)

Mari kita perhatikan potongan firman Allah SWT berikut dalam surat Yunus ayat 101 berikut ini : “Qulin zuruuu maa dzaa fis samaawaati wal ardhi” yang artinya, “Katakanlah perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”. Allah SWT memerintahkan kita untuk memperhatikan “apa” yang ada di langit dan di bumi. Mari kita kaji lebih dalam rahasia firman Allah SWT ini.

Saudaraku,
Mungkin sebagian orang berfikir bahwa sebenarnya mempehatikan satu bukti itu sudah cukup dan menjadikan orang mengerti tentang sesuatu di balik bukti tersebut, yakni asal muasal dan penciptaannya. Tapi sebenarnya, setiap orang perlu melihat lebih jauh apa isi dari sesuatu itu, bagaimana bentuk dan keindahannya, kesempurnaannya, kelengkapannya, keharmonisan yang ada di dalamnya, untuk bisa lebih mengantarkan pada pengagungan pencipta sesuatu itu. Firman Allah SWT “maa dzaa fis samaawaati wal ardhi” dalam arti ini mengandung arti itu. Bahwa memperhatikan “apa yang ada di langit dan di bumi”, bukan sekedar melihat langit dan bumi, akan lebih memperdalam pengenalan terhadap bukti-bukti keberadaan Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta dan mengantarkan sikap yang seharusnya setelah itu.

Saudaraku,
Itulah sebabnya, Ibnu Athaillah dalam Al Hikam ke 137, saat menyinggung tentang ayat ini menyebutkan, “Allah SWT membuka padamu pintu berbagai pemahaman. Karenanya Dia tidak mengatakan “lihatlah langit dan bumi” agar pandanganmu tidak terbatas pada apa yang diciptakan.”
Jika kita perhatikan tukang pos yang datang ke rumah dan mengetuk pintu rumah. Di tangannya ada sebuah surat yang penting. Kita tahu betul bahwa surat itu memang penting dengan melihat bentuk surat, amplop yang membungkusnya. Karena melihat hal tersebut dibawa oleh tukang pos, kita pun segera membukakan pintu dan menerima surat tersebut. Tapi apakah cukup hanya di situ? Apakah kita hanya tertarik pada lapiasan luar surat yang kita anggap penting itu? Apakah kemudian kita mengabaikan isinya yang justru menjadi substansi dari nilai penting surat itu? Seperti itulah ilustrasinya.

Saudaraku,
Memperhatikan ciptaan Allah SWT, tidak hanya terbatas pada sikap mengagumi, bahagia, senang, sekedar pada ciptaan itu. Mengagumi langit, menjadi bahagia oleh cuaca alam, teduh merasakna pagi, siang dan malam, dan hanya berbagai sikap lainnya, tidak hanya berhenti sampai disitu. Tapi harus dilanjutkan pada ketundukan, kepasrahan, ketaatan kepada perintah Allah SWT sebagai Pencipta itu semua. Orang yang hanya terpaku pada keindahan, kehebatan, keluarbiasaan alam semesta, tapi hal itu tidak menggiring kedekatannya, ketundukannya, kepasrahannya, ketaatannya kepad Allah SWT, ibarat orang yang menerima surat hanya mengagumi bentuk amplopnya, tanpa mengetahui apa isi surat yang menandakan penting itu.

Saudaraku,
Orang-orang itu seperti apa yang disebutkan dalam firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 165 : “Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah itu sebagai tandingan yang mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah.” Tandingan-tandingan itu tidak lain adalah penmpakan beragam ciptaan Allah SWT yang sangat menarik pandangan manusia karena bentuknya dan rasanya. Tapi kemudian keadaan itu tidak membawanya pada sikap seharusnya. Yang ada justru orang-orang tersebut mendudukan ciptaan-ciptaan Allah SWT itu sebagai tandingan yang sejajar dengan Pencipta Allah SWT.
Sementara orang yang melihat isi dari ciptaan Allah SWT, seperti digambarkan dalam firman-Nya : “orang-orang yang mengingat Allah ketika mereka berdiri, duduk dan berbaring di atas punggung mereka, dan mereka selalu berfikir tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka mengatakan) Duhai Rabb kami, sungguh engkau tidak ciptakan ini semua sia-sia. Maha suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran : 191)
Mereka memperhatikan bintang-bintang gemerlap di gelap malam, di tengah galaksi langit, dengan beragam bentuknya. Mereka melihat dan membaca lebih jauh tentang alam semesta, kemudian mereka menyadari sebuah kesimpulan bahwa Allah SWT Maha Agung, Maha Besar, Maha Suci, yang semua ciptaan-Nya memiliki ukuran, keadaan, tujuan tertentu. Melihat dan memperhatikan indahnya gunung-gunug, hutan, pohon, bunga, buah-buahan. Merenungi kehidupan keluarga, masalah rezeki, memperhatikan kehidupan di muka bumi. Lalu ujung dari semua itu pernyataan bentuk penyerahan diri kepada Allah SWT, “Duhai Rabb kami, sungguh Engkau tidak ciptakan ini semua sia-sia. Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.” Itulah efek dari melakukan firman Allah SWT “Lihatlah apa yang ada di langit dan di bumi.” Tidak sekedar. Melihat langit dan bumi.

Saudaraku,
Dunia ini semuanya nikmat dan indah. Tapi dalam kenikmatan dan keindahan dunia ciptaan Allah SWT ini, ada yang digunakan untuk keburukan. Dalam memandang masalah ini, kita tidak boleh melihat keburukan itu, kemudian melupakan kebaikan yang ada dalam ciptaan Allah SWT. beragam peristiwa yang ada, meskipun buruk, harus mengantarkan kita pada hakikat ketundukan dan kekusyukan pada Allah SWT karena tak ada yang sia-sia dalam ciptaan-Nya. Kita tidak boleh menyalahkan keadaan yang mungkin kita anggap buruk, untuk kemudian melakukan sikap yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT. Sebab yang buruk itu, bila kita dalami, sebenarnya adalah kebaikan dan kebahagiaan yang Allah berikan.
Mari kita renungkan…

Tidak ada komentar: