“SEMUA
TAK ADA YANG SIA-SIA” KARYA M. LILI NUR AULIA
Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 289
Th.14)
Mari
kita perhatikan potongan firman Allah SWT berikut dalam surat Yunus ayat 101
berikut ini : “Qulin zuruuu maa dzaa fis
samaawaati wal ardhi” yang artinya, “Katakanlah perhatikanlah apa yang ada
di langit dan di bumi”. Allah SWT memerintahkan kita untuk memperhatikan “apa”
yang ada di langit dan di bumi. Mari kita kaji lebih dalam rahasia firman Allah
SWT ini.
Saudaraku,
Mungkin
sebagian orang berfikir bahwa sebenarnya mempehatikan satu bukti itu sudah
cukup dan menjadikan orang mengerti tentang sesuatu di balik bukti tersebut,
yakni asal muasal dan penciptaannya. Tapi sebenarnya, setiap orang perlu
melihat lebih jauh apa isi dari sesuatu itu, bagaimana bentuk dan keindahannya,
kesempurnaannya, kelengkapannya, keharmonisan yang ada di dalamnya, untuk bisa
lebih mengantarkan pada pengagungan pencipta sesuatu itu. Firman Allah SWT “maa dzaa fis samaawaati wal ardhi”
dalam arti ini mengandung arti itu. Bahwa memperhatikan “apa yang ada di langit
dan di bumi”, bukan sekedar melihat langit dan bumi, akan lebih memperdalam
pengenalan terhadap bukti-bukti keberadaan Allah SWT sebagai Pencipta alam
semesta dan mengantarkan sikap yang seharusnya setelah itu.
Saudaraku,
Itulah
sebabnya, Ibnu Athaillah dalam Al Hikam ke 137, saat menyinggung tentang ayat
ini menyebutkan, “Allah SWT membuka padamu pintu berbagai pemahaman. Karenanya Dia
tidak mengatakan “lihatlah langit dan bumi” agar pandanganmu tidak terbatas
pada apa yang diciptakan.”
Jika
kita perhatikan tukang pos yang datang ke rumah dan mengetuk pintu rumah. Di tangannya
ada sebuah surat yang penting. Kita tahu betul bahwa surat itu memang penting
dengan melihat bentuk surat, amplop yang membungkusnya. Karena melihat hal
tersebut dibawa oleh tukang pos, kita pun segera membukakan pintu dan menerima
surat tersebut. Tapi apakah cukup hanya di situ? Apakah kita hanya tertarik
pada lapiasan luar surat yang kita anggap penting itu? Apakah kemudian kita
mengabaikan isinya yang justru menjadi substansi dari nilai penting surat itu? Seperti
itulah ilustrasinya.
Saudaraku,
Memperhatikan
ciptaan Allah SWT, tidak hanya terbatas pada sikap mengagumi, bahagia, senang,
sekedar pada ciptaan itu. Mengagumi langit, menjadi bahagia oleh cuaca alam,
teduh merasakna pagi, siang dan malam, dan hanya berbagai sikap lainnya, tidak
hanya berhenti sampai disitu. Tapi harus dilanjutkan pada ketundukan,
kepasrahan, ketaatan kepada perintah Allah SWT sebagai Pencipta itu semua. Orang
yang hanya terpaku pada keindahan, kehebatan, keluarbiasaan alam semesta, tapi
hal itu tidak menggiring kedekatannya, ketundukannya, kepasrahannya,
ketaatannya kepad Allah SWT, ibarat orang yang menerima surat hanya mengagumi
bentuk amplopnya, tanpa mengetahui apa isi surat yang menandakan penting itu.
Saudaraku,
Orang-orang
itu seperti apa yang disebutkan dalam firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat
165 : “Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah itu sebagai
tandingan yang mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka
mencintai Allah.” Tandingan-tandingan itu tidak lain adalah penmpakan beragam
ciptaan Allah SWT yang sangat menarik pandangan manusia karena bentuknya dan
rasanya. Tapi kemudian keadaan itu tidak membawanya pada sikap seharusnya. Yang
ada justru orang-orang tersebut mendudukan ciptaan-ciptaan Allah SWT itu sebagai
tandingan yang sejajar dengan Pencipta Allah SWT.
Sementara
orang yang melihat isi dari ciptaan Allah SWT, seperti digambarkan dalam
firman-Nya : “orang-orang yang mengingat Allah ketika mereka berdiri, duduk dan
berbaring di atas punggung mereka, dan mereka selalu berfikir tentang
penciptaan langit dan bumi. (Mereka mengatakan) Duhai Rabb kami, sungguh engkau
tidak ciptakan ini semua sia-sia. Maha suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari
siksa neraka.” (QS. Ali Imran : 191)
Mereka
memperhatikan bintang-bintang gemerlap di gelap malam, di tengah galaksi
langit, dengan beragam bentuknya. Mereka melihat dan membaca lebih jauh tentang
alam semesta, kemudian mereka menyadari sebuah kesimpulan bahwa Allah SWT Maha
Agung, Maha Besar, Maha Suci, yang semua ciptaan-Nya memiliki ukuran, keadaan,
tujuan tertentu. Melihat dan memperhatikan indahnya gunung-gunug, hutan, pohon,
bunga, buah-buahan. Merenungi kehidupan keluarga, masalah rezeki, memperhatikan
kehidupan di muka bumi. Lalu ujung dari semua itu pernyataan bentuk penyerahan
diri kepada Allah SWT, “Duhai Rabb kami, sungguh Engkau tidak ciptakan ini
semua sia-sia. Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.” Itulah
efek dari melakukan firman Allah SWT “Lihatlah apa yang ada di langit dan di
bumi.” Tidak sekedar. Melihat langit dan bumi.
Saudaraku,
Dunia
ini semuanya nikmat dan indah. Tapi dalam kenikmatan dan keindahan dunia
ciptaan Allah SWT ini, ada yang digunakan untuk keburukan. Dalam memandang
masalah ini, kita tidak boleh melihat keburukan itu, kemudian melupakan
kebaikan yang ada dalam ciptaan Allah SWT. beragam peristiwa yang ada, meskipun
buruk, harus mengantarkan kita pada hakikat ketundukan dan kekusyukan pada
Allah SWT karena tak ada yang sia-sia dalam ciptaan-Nya. Kita tidak boleh
menyalahkan keadaan yang mungkin kita anggap buruk, untuk kemudian melakukan
sikap yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT. Sebab yang buruk itu, bila kita
dalami, sebenarnya adalah kebaikan dan kebahagiaan yang Allah berikan.
Mari
kita renungkan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar