Selasa, 21 Juli 2020

“DOSA YANG TERUS MENGALIR…” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 227 Th.11)

Coba renungkan sebentar, firman Allah SWT dalam surat Yasin ayat 13 ini : “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata.”

Saudaraku,
Soal bagaimana kehidupan ini tidak berakhir dengan kematian di dunia. Sola Allah SWT mencatat amal-amal kita dan apa saja yang kita tinggalkan selama hidup. Lalu semuanya dikumpulkan dalam sebuah kitab.
Diamlah sejenak. Perhatikan lebih seksama lagi bagaimana Allah SWT berfirman, “.. wa aatsaarahum” yang artinya, “… dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan…”. Kalimat ini penting kita pahami dan renungkan dalam-dalam. Karena artinya, selain amal-amal yang telah kita lakukan, ada pula bekas-bekas yang kita tinggalkan, yang termasuk dalam catatan Allah SWT.

Saudaraku,
Sebenarnya, pembicaraan tentang kebaikan dan keburukan, sudah terlalu sering kita  dengar dan baca. Juga, ulasan tentang nikmatnya amal jariyah, atau aliran pahala yang tidak putus meski kita meninggal, sudah berulangkali kita mendengar atau membacanya. Ya, pahala shadaqah, ilmu dan do’a anak-anak yang shalih, akan terus mengalir pada kita meski kita sudah tidak di dunia. Sekali lagi, tema tentang itu, sudah berulangkali kita dengar dan kita pikirkan.
Tapi, barangkali kita belum atau jarang sekali berfikir bila kebalikannya yang terjadi. Ketika justru keburukan yang terus mengalir pada kita meski kita telah tiada di atas bumi? Jika justru kejahatan yang balasannya terus mendatangi kita meski kita sudah tidak lagi hidup? Dan ketika justru aliran dosa demi dosa yang terus menerus tersalur pada tubuh kita yang sudah mati? Itu termasuk dalam kandungan kalimat firman Allah SWT tadi, “.. wa aatsaarahum” yang artinya, “… dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan..”

Saudaraku,
Para ulama menguraikan penjelasan panjang tentang kondisi manusia bila telah meninggal. Di antaranya adalah dua kategori manusia bila dilihat dari aliran pahala atau dosa dari apa yang ia lakukan semasa hidup.
Kelompok pertama, mereka yang mati dan terputus semua aliran kebaikan serta keburukannya. Dua-duanya terputus, tidak ada keshalihan yang pahalanya mengalir, tidak juga ada keburukan yang dosanya mengalir. Orang-orang seperti ini, tak memiliki apapun kecuali apa yang telah mereka kerjakan semasa hidup. Kelompok kedua, mereka yang meninggal tapi masih ada aliran pahala maupun dosa dari yang dilakukannya semasa hidup. Kelompok kedua ini, terbagi lagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama, mereka yang meninggal lalu tetap mendapatkan aliran balasan kebaikan dan keburukannya selama di dunia. Ia tetap memperoleh pahala atas kebaikannya, dan juga mendapatkan dosa atas tradisi buruknya yang diikuti orang lain. Nasib orang seperti ini, nantinya akan tergantung mana yang lebih berat, timbangan balasan kebaikan dan keburukannya?
Bagian kedua, orang yang meninggal dan terputus semua aliran keburukan yang pernah ia lakukan di dunia. Hanya aliran amal kebaikannya saja yang mengalir terus  meski ia telah meninggal. Untuk bagian kedua ini, mereka akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah SWT sesuai tingkat keikhlasannya, pengorbanannya dalam melakukan amal shalih di dunia. Ini tema yang ssering kali kita dengan dan kita kaji, yakni yang disebut dengan amal jariyah. Semoga Allah SWT membantu kita bisa masuk dalam bagian ini.
Bagian ketiga ini adalah mereka yang meninggal tapi terputus semua aliran amal kebaikan darinya. Yang tersisa hanya aliran balasan atas keburukannya saja, meski ia sudah meniggal. Orang yang masuk dalam kategori ini, ia terbujur dalam liang kubur, tapi bekal keburukannya setiap hari bertambah dan bertambah. Hingga kelak bila terjadi hari kiamat, keburukannya sangat banyak. Semoga Allah SWT benar-benar melindungi dan menghindari kita dari keadaan ini.

Saudaraku,
Itu sebabnya, Imam Abu Hamid Al Ghazali menegaskan, “Beruntunglah orang yang bila ia mati, mati bersamanya dosa-dosanya. Kesengsaran yang panjanglah bagi orang yang mati, tapi dosa-dosanya tidak mati selama seratus tahun, dua ratus tahun, atau lebih lama dari itu yang membuatnya tersiksa di dalam kuburnya.” (Ihya Ulumiddin, 2/73)
Dalam sejumlah ayat Al Quran disebutkan masalah dosa yang terus mengalir ini, agar kita lebih waspada dan berhati-hati meniti hidup. Seperti firman Allah SWT surat An Nahl ayat 25, yang artinya,” (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
Lalu, di salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW juga bersabda tentang hal yang sama. Sabdanya, “Barangsiapa yang melakukan tradisi buruk dalam Islam, maka atasnya balasannya dan balasan orang yang melakukan keburukan itu tanpa mengurangi sedikitpun balasan keburukan atas diri mereka.”

Saudaraku,
Mari sadari lebih jauh keadaan kita hari ini. Pikirkanlah. Adakah ide dan pikiran kita yang telah sampai ke banyak orang, tapi bermuat penyimpangan dan dosa di hadapan Allah lalu mereka melakukan ide dan pikiran kita? Adakah tulisan kita, perkataan kita, perbuatan kita yang bermakna dosa, tapi kemudian diikuti dan dilakukan oleh orang lain? Lalu orang lain itu ditiru oleh orang lainnya melakukan dosa yang asalnya kita lakukan?

Saudaraku,
Mari mohon ampun kepada Allah SWT dan lebih waspada berbuat  di hari esok. Mari mengganti semuanya dengan banyak amal shalih yang bisa menjadi aliran kebaikan hingga kelak jika kita sadah tidak memiliki waktu beramal lagi di sini….

Tidak ada komentar: