“DOSA
YANG TERUS MENGALIR…” KARYA M. LILI NUR AULIA
Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 227
Th.11)
Coba
renungkan sebentar, firman Allah SWT dalam surat Yasin ayat 13 ini : “Sesungguhnya
kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata.”
Saudaraku,
Soal
bagaimana kehidupan ini tidak berakhir dengan kematian di dunia. Sola Allah SWT
mencatat amal-amal kita dan apa saja yang kita tinggalkan selama hidup. Lalu semuanya
dikumpulkan dalam sebuah kitab.
Diamlah
sejenak. Perhatikan lebih seksama lagi bagaimana Allah SWT berfirman, “.. wa
aatsaarahum” yang artinya, “… dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan…”. Kalimat
ini penting kita pahami dan renungkan dalam-dalam. Karena artinya, selain
amal-amal yang telah kita lakukan, ada pula bekas-bekas yang kita tinggalkan,
yang termasuk dalam catatan Allah SWT.
Saudaraku,
Sebenarnya,
pembicaraan tentang kebaikan dan keburukan, sudah terlalu sering kita dengar dan baca. Juga, ulasan tentang
nikmatnya amal jariyah, atau aliran pahala yang tidak putus meski kita
meninggal, sudah berulangkali kita mendengar atau membacanya. Ya, pahala
shadaqah, ilmu dan do’a anak-anak yang shalih, akan terus mengalir pada kita
meski kita sudah tidak di dunia. Sekali lagi, tema tentang itu, sudah
berulangkali kita dengar dan kita pikirkan.
Tapi,
barangkali kita belum atau jarang sekali berfikir bila kebalikannya yang
terjadi. Ketika justru keburukan yang terus mengalir pada kita meski kita telah
tiada di atas bumi? Jika justru kejahatan yang balasannya terus mendatangi kita
meski kita sudah tidak lagi hidup? Dan ketika justru aliran dosa demi dosa yang
terus menerus tersalur pada tubuh kita yang sudah mati? Itu termasuk dalam
kandungan kalimat firman Allah SWT tadi, “.. wa aatsaarahum” yang artinya, “…
dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan..”
Saudaraku,
Para
ulama menguraikan penjelasan panjang tentang kondisi manusia bila telah
meninggal. Di antaranya adalah dua kategori manusia bila dilihat dari aliran
pahala atau dosa dari apa yang ia lakukan semasa hidup.
Kelompok
pertama, mereka yang mati dan terputus semua aliran kebaikan serta
keburukannya. Dua-duanya terputus, tidak ada keshalihan yang pahalanya
mengalir, tidak juga ada keburukan yang dosanya mengalir. Orang-orang seperti
ini, tak memiliki apapun kecuali apa yang telah mereka kerjakan semasa hidup. Kelompok
kedua, mereka yang meninggal tapi masih ada aliran pahala maupun dosa dari yang
dilakukannya semasa hidup. Kelompok kedua ini, terbagi lagi menjadi tiga
bagian.
Bagian
pertama, mereka yang meninggal lalu tetap mendapatkan aliran balasan kebaikan
dan keburukannya selama di dunia. Ia tetap memperoleh pahala atas kebaikannya,
dan juga mendapatkan dosa atas tradisi buruknya yang diikuti orang lain. Nasib orang
seperti ini, nantinya akan tergantung mana yang lebih berat, timbangan balasan
kebaikan dan keburukannya?
Bagian
kedua, orang yang meninggal dan terputus semua aliran keburukan yang pernah ia
lakukan di dunia. Hanya aliran amal kebaikannya saja yang mengalir terus meski ia telah meninggal. Untuk bagian kedua
ini, mereka akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah SWT sesuai tingkat
keikhlasannya, pengorbanannya dalam melakukan amal shalih di dunia. Ini tema
yang ssering kali kita dengan dan kita kaji, yakni yang disebut dengan amal
jariyah. Semoga Allah SWT membantu kita bisa masuk dalam bagian ini.
Bagian
ketiga ini adalah mereka yang meninggal tapi terputus semua aliran amal
kebaikan darinya. Yang tersisa hanya aliran balasan atas keburukannya saja,
meski ia sudah meniggal. Orang yang masuk dalam kategori ini, ia terbujur dalam
liang kubur, tapi bekal keburukannya setiap hari bertambah dan bertambah. Hingga
kelak bila terjadi hari kiamat, keburukannya sangat banyak. Semoga Allah SWT
benar-benar melindungi dan menghindari kita dari keadaan ini.
Saudaraku,
Itu
sebabnya, Imam Abu Hamid Al Ghazali menegaskan, “Beruntunglah orang yang bila
ia mati, mati bersamanya dosa-dosanya. Kesengsaran yang panjanglah bagi orang
yang mati, tapi dosa-dosanya tidak mati selama seratus tahun, dua ratus tahun,
atau lebih lama dari itu yang membuatnya tersiksa di dalam kuburnya.” (Ihya Ulumiddin, 2/73)
Dalam
sejumlah ayat Al Quran disebutkan masalah dosa yang terus mengalir ini, agar
kita lebih waspada dan berhati-hati meniti hidup. Seperti firman Allah SWT
surat An Nahl ayat 25, yang artinya,” (ucapan mereka) menyebabkan mereka
memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebahagian
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa
mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
Lalu,
di salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW juga
bersabda tentang hal yang sama. Sabdanya, “Barangsiapa yang melakukan tradisi
buruk dalam Islam, maka atasnya balasannya dan balasan orang yang melakukan
keburukan itu tanpa mengurangi sedikitpun balasan keburukan atas diri mereka.”
Saudaraku,
Mari
sadari lebih jauh keadaan kita hari ini. Pikirkanlah. Adakah ide dan pikiran
kita yang telah sampai ke banyak orang, tapi bermuat penyimpangan dan dosa di
hadapan Allah lalu mereka melakukan ide dan pikiran kita? Adakah tulisan kita,
perkataan kita, perbuatan kita yang bermakna dosa, tapi kemudian diikuti dan
dilakukan oleh orang lain? Lalu orang lain itu ditiru oleh orang lainnya
melakukan dosa yang asalnya kita lakukan?
Saudaraku,
Mari
mohon ampun kepada Allah SWT dan lebih waspada berbuat di hari esok. Mari mengganti semuanya dengan
banyak amal shalih yang bisa menjadi aliran kebaikan hingga kelak jika kita
sadah tidak memiliki waktu beramal lagi di sini….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar