Kamis, 09 Juli 2020

“MENANTI DETIK-DETIK PERTEMUAN” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 228 Th.11)

Adakah di antara kita yang lebih menyukai mati ketimbang hidup? Dalam kondisi normal, rasanya tak mungkin ada. Istri Rasulullah SAW, Aisyah radhiallahu ‘anha, pernah mempertanyakan soal ini kepada suaminya. “Kami pasti takut pada kematian,” ujarnya. Ia mengira hadits-hadits Rasulullah terkait karahiyatul maut (membenci dan takut akan kematian) memiliki arti bahwa manusia harus cinta pada mati dan tidak boleh takut pada kematian. Sementara dari dalam hatinya, Aisyah ra merasakan takut dan tidak suka dengan yang namanya mati.
Rasulullah SAW menjawab perkataan istrinya itu. “Bukan itu maksudnya. Tapi bila waktu kematian telah menjemput seorang mukmin. Maka ia diberikan berita gembira dengan keridhaan Allah dan kemuliaan dari Allah SWT. Ketika itulah, tak ada sesuatupun yang paling ia cintai dibandingkan apa yang ada dihadapannya. Maka ia menjadi senang bertemu dengan Allah dan Allah pun menjadi senang  bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir, bila kematian menjemputnya, ia akan disampaikan berita tentang azab Allah dan siksa-Nya. Lalu tak ada sesuatupun yang paling ditakuti dan dibencinya, melebihi apa yang ada di hadapannya. Ia benci bertemu Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.” (HR. Bukhari)

Saudaraku,
Bertemu dengan Allah SWT. Semua kita pasti merindukannya. Dengan catatan, pertemuan itu merupakan pertemuan ridha dan pertemuan cinta. Keridhaan dari Allah SWT untuk  kita hamba-Nya. Kecintaan dari kita untuk Allah SWT. sebagai Rabb Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya.

Saudaraku,
Jika kita merindukan pertemuan dengan Allah SWT. Sebenarnya pertemuan itu tak hanya dibatasi oleh habisnya usia kita dengan kematian di atas jalan-Nya. Tidak hanya itu. Tapi pertemuan itu bisa kita rasakan dan kita nikmati, sejak di dunia ini, saat kita masih menghirup dan mengeluarkan nafas. Yakni ketika kita mendirikan shalat.
Shalat ada mediator paling indah yang menyambung pertemuan kita dengan Allah SWT. Sehingga tidak mengherankan saat Rasulullah SAW dan para sahabat Rasulullah SAW menanti-nanti datangnya waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya “Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Hadist ini akan lebih terasa kandungannya, bila waktu menunggu shalat itu dilihat dari sudut yang lebih luas. Tidak sekedar diartikan menunggu shalat, tapi menempatkan semua aktivitas hidup dalam kerangka menunggu datangnya waktu shalat. Hingga kesimpulannya, bahwa hidup kita ini, sebenarnya hanayalah merupakan perpindahan dari satu shalat ke shslat lainnya.

Saudaraku,
Jika kita sudah merasakan rindu berjumpa dengan Allah, maka Allah pun mulai rindu kepada kita. Jika Allah telah merindukan kita, bukan berarti kita mencari cara untuk segera mati dan umur kita akan dipendekkan oleh Allah SWT. Boleh jadi, justru Allah menambah panjang umur seorang agar semakin lama mendapat kemuliaan dalam hidupnya di dunia. Allah biarkan dia terus hidup dalam kerinduan yang panjang dan Allah beri dia kemudahan dalam kehidupan di dunianya, sebelum akhirnya ia meninggal dan memasuki alam barzakh yang akan semakin indah baginya.

Saudaraku,
Menunggu datangnya waktu shalat, bahkan bisa menumbuhkan suasana khusyuk saat shalat. Karena di saat itulah, seseorang berusaha mengosongkan hati dan pikiran untuk menyambut datangnya shalat. Perlu pengkondisian yang cukup agar seseorang bisa merasakan kekhusyukan shalat yang hanya bisa diperoleh saat seseorang  tidak terburu-buru hadir dalam shalat.
Suasana hati dan fikiran yang tenang itu menyebabkan Islam tidak menyukai pemberian hidangan menjelang shalat, atau shalat dalam kondisi lapar. Itu sebabnya kita dianjurkan untuk tidak menahan buang air kecil atau air besar saat melakukan shalat sebab itu sangat mengganggu kekhusyukan shalat. Dari Iyas bin Salmah bin Al Akwa’ dari ayahnya, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila datang waktu shalat dan waktu makan, dahulukanlah makan terlebih dahulu.” (HR. Ahmad). Aisya ra juga mengutip sabda Rasulullah SAW, “Hendaknya kalian tidak shalat saat disuguhi makanan. Dan tidak dalam kondisi menahan untuk membuang air kecil dan air besar.” (HR. Al Hakim). Untuk menghindari berbagai gangguan tersebut, Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu tidak membiarkan ditempat shalatnya tersedia buku, pedang bahkan mushaf. Semua ia singkirkan agar tidak menggangu pertemuannya dengan Allah SWT.

Saudaraku,
Buktikan kerinduan itu disini. Jika kita merindukan Allah, kita akan selalu menunggu berjumpa dengan-Nya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu. Idzaa ababba abdii liqaa-ii abbabtu liqaa-ahu. Wa idzaa kariha liqaa-ii abbabtu-ahu. “Jika seorang hamba-Ku senang bertemu dengan-Ku, maka aku pun akan senang bertemu dengannya. Tapi bila ia tidak suka bertemu dengan-Ku, maka Akupun tidak suka bertemu dengannya.” (Hadits Qudsi riwayat Al Bukhari).

Tidak ada komentar: