“MENANTI
DETIK-DETIK PERTEMUAN” KARYA M. LILI NUR AULIA
Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 228
Th.11)
Adakah
di antara kita yang lebih menyukai mati ketimbang hidup? Dalam kondisi normal,
rasanya tak mungkin ada. Istri Rasulullah SAW, Aisyah radhiallahu ‘anha, pernah mempertanyakan soal ini kepada suaminya. “Kami
pasti takut pada kematian,” ujarnya. Ia mengira hadits-hadits Rasulullah
terkait karahiyatul maut (membenci
dan takut akan kematian) memiliki arti bahwa manusia harus cinta pada mati dan
tidak boleh takut pada kematian. Sementara dari dalam hatinya, Aisyah ra
merasakan takut dan tidak suka dengan yang namanya mati.
Rasulullah
SAW menjawab perkataan istrinya itu. “Bukan itu maksudnya. Tapi bila waktu
kematian telah menjemput seorang mukmin. Maka ia diberikan berita gembira
dengan keridhaan Allah dan kemuliaan dari Allah SWT. Ketika itulah, tak ada sesuatupun
yang paling ia cintai dibandingkan apa yang ada dihadapannya. Maka ia menjadi
senang bertemu dengan Allah dan Allah pun menjadi senang bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir,
bila kematian menjemputnya, ia akan disampaikan berita tentang azab Allah dan
siksa-Nya. Lalu tak ada sesuatupun yang paling ditakuti dan dibencinya,
melebihi apa yang ada di hadapannya. Ia benci bertemu Allah dan Allah pun benci
bertemu dengannya.” (HR. Bukhari)
Saudaraku,
Bertemu
dengan Allah SWT. Semua kita pasti merindukannya. Dengan catatan, pertemuan itu
merupakan pertemuan ridha dan pertemuan cinta. Keridhaan dari Allah SWT
untuk kita hamba-Nya. Kecintaan dari
kita untuk Allah SWT. sebagai Rabb Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya.
Saudaraku,
Jika
kita merindukan pertemuan dengan Allah SWT. Sebenarnya pertemuan itu tak hanya
dibatasi oleh habisnya usia kita dengan kematian di atas jalan-Nya. Tidak hanya
itu. Tapi pertemuan itu bisa kita rasakan dan kita nikmati, sejak di dunia ini,
saat kita masih menghirup dan mengeluarkan nafas. Yakni ketika kita mendirikan
shalat.
Shalat
ada mediator paling indah yang menyambung pertemuan kita dengan Allah SWT.
Sehingga tidak mengherankan saat Rasulullah SAW dan para sahabat Rasulullah SAW
menanti-nanti datangnya waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada salah
seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam
keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya “Ya Allah, ampunilah ia.
Ya Allah sayangilah ia” (HR. Muslim dari
Abu Hurairah).
Hadist
ini akan lebih terasa kandungannya, bila waktu menunggu shalat itu dilihat dari
sudut yang lebih luas. Tidak sekedar diartikan menunggu shalat, tapi
menempatkan semua aktivitas hidup dalam kerangka menunggu datangnya waktu
shalat. Hingga kesimpulannya, bahwa hidup kita ini, sebenarnya hanayalah
merupakan perpindahan dari satu shalat ke shslat lainnya.
Saudaraku,
Jika
kita sudah merasakan rindu berjumpa dengan Allah, maka Allah pun mulai rindu
kepada kita. Jika Allah telah merindukan kita, bukan berarti kita mencari cara
untuk segera mati dan umur kita akan dipendekkan oleh Allah SWT. Boleh jadi,
justru Allah menambah panjang umur seorang agar semakin lama mendapat kemuliaan
dalam hidupnya di dunia. Allah biarkan dia terus hidup dalam kerinduan yang
panjang dan Allah beri dia kemudahan dalam kehidupan di dunianya, sebelum
akhirnya ia meninggal dan memasuki alam barzakh yang akan semakin indah
baginya.
Saudaraku,
Menunggu
datangnya waktu shalat, bahkan bisa menumbuhkan suasana khusyuk saat shalat. Karena
di saat itulah, seseorang berusaha mengosongkan hati dan pikiran untuk
menyambut datangnya shalat. Perlu pengkondisian yang cukup agar seseorang bisa
merasakan kekhusyukan shalat yang hanya bisa diperoleh saat seseorang tidak terburu-buru hadir dalam shalat.
Suasana
hati dan fikiran yang tenang itu menyebabkan Islam tidak menyukai pemberian
hidangan menjelang shalat, atau shalat dalam kondisi lapar. Itu sebabnya kita
dianjurkan untuk tidak menahan buang air kecil atau air besar saat melakukan
shalat sebab itu sangat mengganggu kekhusyukan shalat. Dari Iyas bin Salmah bin
Al Akwa’ dari ayahnya, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila datang
waktu shalat dan waktu makan, dahulukanlah makan terlebih dahulu.” (HR. Ahmad). Aisya ra juga mengutip
sabda Rasulullah SAW, “Hendaknya kalian tidak shalat saat disuguhi makanan. Dan
tidak dalam kondisi menahan untuk membuang air kecil dan air besar.” (HR. Al Hakim). Untuk menghindari
berbagai gangguan tersebut, Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu tidak membiarkan ditempat shalatnya tersedia
buku, pedang bahkan mushaf. Semua ia singkirkan agar tidak menggangu
pertemuannya dengan Allah SWT.
Saudaraku,
Buktikan
kerinduan itu disini. Jika kita merindukan Allah, kita akan selalu menunggu
berjumpa dengan-Nya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu. Idzaa ababba abdii liqaa-ii abbabtu liqaa-ahu.
Wa idzaa kariha liqaa-ii abbabtu-ahu. “Jika seorang hamba-Ku senang bertemu
dengan-Ku, maka aku pun akan senang bertemu dengannya. Tapi bila ia tidak suka
bertemu dengan-Ku, maka Akupun tidak suka bertemu dengannya.” (Hadits Qudsi riwayat Al Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar