Jumat, 28 Agustus 2020

“AKU SEDEKAHKAN KEHORMATANKU UNTUKNYA”

“AKU SEDEKAHKAN KEHORMATANKU UNTUKNYA” KARYA M. LILI NUR AULIA

 

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 192 Th.10)

 

Dengarkanlah ungkapan dari lisan seorang sahabat bernama Abu Dhamdham radhiallahu anhu. “Ya Allah, aku tidak punya harta lagi untuk aku sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Karenanya, sudah aku sedekahkan kehormatanku untuk mereka. Siapa saja yang mehinaku, atau mencaciku, itu adalah halal untukku.”

Hampir tidak ada, orang yang keinginannya untuk memeberi kepada orang lain lebih besar daripada keinginannya untuk diri sendiri. Seperti sahabat Abu Dhamdham radhiallu anhu dan juga para sahabat lainnya. Karenanya, kita pasti aneh mendengarkan ucapan itu. Ternyata ada seseorang sangat ingin menghibahkan apa yang menjadi miliknya untuk orang lain. Ternyata ada hati seseorang yang begitu lapang, yang tak mengisi jiwa untuk kepentingan dirinya, kecuali untuk kepentingan orang lain yang membutuhkannya. Sampai takkala tak ada lagi yang layak diberikan kepada orang lain, ia menghadirkan kehormatan, kemuliaan, harga dirinya, untuk diberikan kepada orang lain. Lalum semua caci maki, umpatan, hinaan, akan dijadikan sedekah dari dirinya untuk orang yang mencaci, mengumpat dan menghinanya. Subhanallah.

Abu Dhamdham pasti mempunyai logika keimannya sendiri untuk memiliki sikap seperti itu. Sebab semua orang lazimnya mempunyai keinginan diri, menyimpan obsesi untuk diri sendiri. Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari ungkapan Abu Dhamdham ra ini. Katanya, “Kedermawanan Abu Dhamdham ini mencrminkan kelapangan hati, ketenangan jiwa dan kebersihan dari rasa memusuhi orang lain.” (Thadzib Madarij As Saalikin, 407). Hati yang lapang, jiwa yang tenang dan tak menyimpan masalah dalam hati. Ketiganya saling bertautan. Hati yang sempit, menandakan jiwa yang selalu resah dan keadaan itu umumnya dipicu oleh suasana tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Dan ketiga hal itulah yang bisa diatasi oleh Abu Dhamdham hingga ia sangat ingin memberi, melebihi keinginannya untuk dirinya sendiri.

 

Saudaraku,

Membersihkan hati dari rasa tidak enak dengan saudara sesame Muslim, tidak mudah bahkan mrmbutuhkan kesabaran berlipat. Melapangkan dada, setelah melihat prilaku saudara yang mungkin membuat luka, membikin kecewa, memunculkan amarah, seiring sejalan dengan kemampuan seseorang melatih diri saat marah. Dan itu tidak gampang. Karena itulah, sikap tidak menyimpan luka, sikap lapang dada, sikap lapang jiwa yang tidak menyimpan sedikitpun rasa yang mengganggu persaudaraan, adalah sifat-sifat yang menjamin seseorang masuk surga.

Saudaraku,

Masalah ini yang ingin disampaikan Rasulullah SAW, saat ia tiga kali memuji seorang pemuda yang datang kemajelisnya, bahwa pemuda yang datang itu adalah penghuni surga. Ditengah nasihat dan arahannya di dalam masjid, Rasulullah SAW tiba-tiba mengatakan, “Akan datang pada kalian sekarang seorang yang menjadi ahli surga.” Tak lama setelah itu, datanglah seorang pemuda Ansha yang bersih janggutnya karena wudhu. Sedangkan tangannya yang kiri menenteng dua sendalnya. Peristiwa serupa ini terjadi keesokan harinya, hingga tiga kali terulang. Abdullah bin Umar radhiallahu anhu tersentak rasa keinginantahunya, dan berniat untuk bermalam di rumah pemuda itu, sampai ia tahu apa rahasianya, hingga mendapat sebutan ahli surga oleh Rasulullah SAW, sebanyak tiga kali. Setelah tiga hari bermalam di rumah pemuda itu, Abdullah bin Umar ra merasa taka da bagian hidupnya yang istimewa. Ia pun bertanya, dan menjelaskan maksud sebenarnya ia bermalam bersama pemuda itu. Pemuda itu menjawab, “Saya tidak lebih seperti apa yang engkau lihat. Tapi, dalam jiwa saya taka da sedikitpun ganjalan perasaan, dan saya tidak hasad sedikitpun atas kebaikan yang mereka terima.” Lalu, Abdullah bin Umar ra pun mengatakan, “Inilah yang meniggikan kedudukanmu, yang kami tidak sanggup melakukannya.”

 

Saudaraku,

Hati yang lapang, hati yang tak mempunyai dendam, hati yang tak memiliki rasa kesal, dengan saudara sesama Muslim, adalah surga dunia. Itu kesimpulan hadits panjang tentang Abdullah bin Umar pada pemuda Ansha tersebut. Abdullah bin Umar radhiallahu anhu yang terkenal zuhud dan ahli ibadah bahkan mengakui, bila dirinya tidak mampu memiliki kebersihan hati, kelapangan dada, seperti pemuda itu.

 

Saudaraku,

Setidaknya kita harus berusaha mengusir rasa benci, atau sekedar meminimalisir suasana yang tidak bersih dengan orang lain. Sebab bila rasa dengki, hasad, ganjalan yang ada tak kunjung mampu kita redam, ada bahaya besar yang akan menimpa kita. Hasad, dengki, memang pasti punya logikanya sendiri, dalam arti pasti memiliki alasan untuk bisa dibenarkan. Tapi juga bisa menjadi alasan untuk disalahkan. Alasan yang membenarkan itu sendiri, belum tentu asli kebenarannya karena sangat mungkin ada dalam buaian dan bisikan syaitan yang membenarkan sesuatu yang keliru. Dan itu semua berakibat pada perpecahan,  perkubuan, bisa merebak, bahkan melebar tak melibatkan satu atau dua orang tertentu melainkan satu kelompok orang. Sampai kita benar-benar ayat 46, “…Dan janganlah kalian bertikai, lalu kalian menjadi gagal dan kekuatan kalian hilang….”

 

Saudaraku,

Camkan dala-dalam bagaimana persaudaraan yang dihidupkan oleh Rasulullah SAW di zaman kenabian dan hidup bergerak dalam dunia para sahabat dan orang-orang shalih. Mereka bukan tak pernah mengalami masalah, merasa terluka, kecewa, dalam interaksi sesamanya. Mereka orang-orang yang hatinya lapang, jiwanya bersih lalu peras mukanya menjadi bercahaya. Mereka berhasil mengatasi permasalahan dalam hubungan mereka dengan sangat baik.

Dengar bagaimana perkataan Abu Dujjanah radhiallahu anhu saat sakit. Ketika itu, para sahabatnya terkejut melihat wajah Abu Dujjanah berseri dan bercahaya, padahal mereka tahu Abu Dujjanah dalam kondisi sakit parah yang mengantarkan ajalnya. Mereka pun bertanya kepada Abu Dujjanah dan ia menjawab, “Taka da suatu amalanpun yang paling aku pegang teguh kecuali dua hal. Pertama, aku tidak mau bicara yang tidak bermanfaat. Kedua, hatiku bersih dari perasaan yang menganjal dengan kaum muslimin.”

Tidak ada komentar: