Selasa, 18 Agustus 2020

“BERBURU MATI SYAHID”

 “BERBURU MATI SYAHID” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 196 Th.10)

 

Pemburu mati syahid, al istisyhadiyun, menghabiskan waktunya berhari-hari dengan mengulang-ulang bacaan Al Quran yang memang telah terukir dalam hati dan dada. Mereka, bertasbih, berdzikir, berdo’a. Menenun benang keheningan malam selama di parit-parit, di lorong-lorong bawah tanah, di perbatasan. Sebagian, luas lorong-lorong bawah tanah itu tak lebih dari dua meter. Di hati mereka berkumandang kuat semangat yang sama, ini adalah jihad, untuk meraih kemenangan, atau mati syahid. Ya, mati syahid yang memang telah menjadi dambaan para pemburu syahid.

 

Saudaraku,

Mereka, ada di Palestina. Tepatnya, di Gaza, tempat yang belakangan menjadi buah bibir banyak orang akibat pembantaian tak berperikemanusiaan yang di lakukan penjajah Israel. Para istisyhadiyun, orang-orang yang terus waspada, berjaga sepanjang jalan menghadapi serangan-serangan Israel yang berupaya masuk ke wilayah Gaza. Merekalah membuktikan bahwa kekuatan iman, hak membela diri, hak melindungi tanah suci, hak menempati tanah air, takkan terkalahkan meski oleh serangan mesin perang yang begitu besar.

 

Saudaraku,

Mari dengarkan apa yang dikatakan Abu Ma’azd, salah seorang komandan pejuang istisyhadiyun yang menjadi bagian dari brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. “Saya sampaikan tentang mereka, dan saya tak ingin melebih-lebihkan di sini. Mereka mempunyai kekuatan tekad dan kemampuan kuat menghadapi kesulitan. Iman dan aqidah mereka kokoh. Jiwa dan mentalitas mereka tinggi. Mereka orang-orang yang terseleksi karena memiliki kelebihan untuk bergabung bersama unit pasukan istisyhadiyun dalam barisan Al Qassam.”

Abu Mu’azd melanjutkan, “Mereka hidup sama seperti pemuda lain yang taat beribadah, baik sikap dan prilakunya. Sebagian adalah mahasiswa perguruan tinggi yang disiplin mengikuti kuliah sebagaimana mahasiswa umumnya. Mereka sengaja agar tak menarik perhatian orang lain. Tapi, dikalangan istisyhadiyun mereka mempunyai agenda keimanan special yang tak diketahui orang lain. Mereka mempunyai agenda ibadah, seperti shalat, puasa, membaca Al Quran dan shalat malam yang melebihi orang pada umumnya.” Mereka, para istisyhadiyun, lebih waspada dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan pasukan darat Zionis Israel di Gaza.

 

Saudaraku,

Mereka hidup di lorong-lorong rahasia jauh di bawah permukaan tanah, begantian menyambut komando  untuk melakukan serangan demi serangan dan masuk kembali ke lorong. Dalam situasi genting, sudah tentu harus hidup terpisah berminggu-minggu dari keluarga. Sebab mereka memang harus menanti untuk melakukan serangan. Sebab mereka harus terus terhadap serangan musuh. Mereka, melakukan shalat sebagaimana shalat khauf yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dilakukan dalam suasana perang.

 

Saudaraku,

Mari dengar lagi penyifatan tentang pasukan khusus istisyhadiyun ini dari Abu Mu’azd. “Kebanyakan anggota istisyhadiyun hafal seluruh Al Quran atau sebagian isi Al Quran. Saat menunggu perintah serangan, mereka menghabiskan waktunya untuk membaca dan mengulang Al Quran yang telah ada pada dada mereka. Mereka, berdo’a kepada Allah agar diberikan kemenangan atas musuh mereka. Atau, mereka gugur syahid dijalan Allah.” Menang atau mati syahid. Begitulah singkatnya.

Orang-orang ini, merupakan hasil seleksi dari barisan pejuang Hamas yang telah mendapatkan pembinaan dan pengkaderan intensif sebelumnya. Mereka, yang selalu hadir di shaf depan dan kerap di belakang imam, saat shalat subuh dilakukan di masjid-masjid Gaza. Mereka, terus dipantau perilaku dan sikapnya, tanpa mereka tahu. Mereka, diuji tanggung jawabnya dengan ragam tugas yang tidak ringan.

 

Saudaraku,

Itu sebabnya, para istisyhadiyun adalah orang-orang paling banyak ditangkap oleh pasukan Israel. Ya, karena mereka kerap melakukan tugas-tugas khusus yang berbahaya di barisan musuh. Dan zionis Israel ingin menggali informasi seanyak-banyaknya dalam introgasi dari mereka. “Masing-masing anggota istisyhadiyun memiliki kepiawaian berbeda dalam tugas-tugas militernya. Sebagian ada pula yang memang dipersenjatai untuk melakukan aksi bom syahid di tengah kumpulan tentara Israel,” ujar Abu Ma’azd.

 

Saudraku,

Kebutuhan makan minum di lorong-lorong rahasia, biasa dilalui para pemburu syahid cukup dengan kurma dan air. Mereka memiliki jalur komunikasi yang unik dan rapi dalam serangan-serangannya. Meski mereka juga orang-orang yang sesekali, bercanda dan bersenda gurau, sebagai sesuatu yang menyemangati jiwa mereka dalam menjalani tugas. Pergantian tugas selalu berjalan dengan begitu baik, antara satu sama lain istisyhadiyun.

 

Allah, izinkan kami menjemput mati syahid di jalan-Mu…

Tidak ada komentar: