Selasa, 08 September 2020

“ALLAH BERSAMAKU, ALLAH MELIHATKU”

“ALLAH BERSAMAKU, ALLAH MELIHATKU” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 236 Th.12)

 

“Jika makhluk-makhluk tahu apa yang mungkin mereka jumpai di akhirat kelak,

niscaya mereka takkan pernah merasakan hidup enak di dunia.”

(Malik bin Dinar rahimahullah)

 

Dahsyat sekali cara seorang shalih, Malik bin Dinar rahimahullah memberi ilustrasi tentang kengerian hari akhirat. Alah akhirat yang didahului oleh gerbang kematian, yang juga menakutkan dan menyakitkan. Datang kapan saja menjemput siapapun yang bernyawa. Dan, tak mungkinditolak. Ia, akhir kehidupan dunia. Gerbang akhirat yang setiap kita akam mengalaminya. Hanya waktu saja yang berbeda-beda.

Saudaraku,

Jika kita termasuk hamba Allah yang mengetahui konsekuensi hidup dan mati, mengimani apa yang ada setelah mati, mempercayai kehidupan akhirat, harusnya tidak menunda-nunda taubat. Tidak segang-segan memohon ampun. Tidak lelah dan bosan untuk terus meminta agar kesalahan diampuni Allah SWT. Menyadari, seperti ungkapan ulama, “Betapa banyak syahwat yang dilampiaskan hanya beberapa detik, mewariskan kedukaan yang sangat lama. Lalu memberi kehinaan dan kepapaan.”

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah semoga Allah SWT memperbaiki hatimu, bahwa hati itu sebenarnya tersiksa dan sakit karena kemaksiatan dan syahwat yang dituruti oleh pemiliknya. Rasa sakit dan ketersiksaan hati karena dosa, sama dengan rasa sakit yang dialami tubuh. Hanya saja, bila rasa sakit tubuh bisa diobati dengan ragam obat, sedangkan dosa-dosa yang menjadikan hati sakit itu hanya satu obatnya. Tidak ada yang lain, kecuali meninggalkan dosa. (Ad daa’u wa ad dawaa, 121)

Semoga kita tidak termasuk orang yang menganggap ringan kemaksiatan dan dosa, karena akibatnya yang sangat berbahaya dan meyakitkan. Ibnul Qayyim rahimahullah, menguraikan berbagai dampak dosa dan kemaksiatan. Misalnya, kemurungan di wajah, kegelapan di hati, rasa sempit, gelisah, kecewa, mudah frustasi, merasa sakit, merasa terkucil, jiwa yang sangat tidak tenang, merasa tidak berdaya, dilucuti dari pakaian yang diberikan Allah yakni pakaian takwa, hilang perlindungan Allah atas diri, berganti rasa takut, berkurangnya rizki, karena seorang hamba bisa dikurangi rizkinya karena dosa yang dilakukannya, atau bisa hilang keberkahan rizki lalu membuat seorang dijauhi orang. Akibat dosa yang paling menyedihkan adalah, hilangnya kenikmatan dalam melakukan ketaatan. Orang  yang berbuat dosa bila ia melakukan ketaatan, tak mendapatkan kenikmatan saat melakukannya, tidak bertambah kekuatan dan keimanannya serta tidak bertambah kerinduannya pada akhirat.

 

Saudaraku,

Rasa kebersamaan dengan Allah setiap waktu, atau menghayati penglihatan Allah SWT kepada kita setiap saat, merupakan salah satu cara kita bisa terhindar dari banyak dan berulang-ulang melakukan kesalahan. Seperti dikisahkan Sahal bin Abdullah At Tasatturi yang mengatakan, “Dahulu ketika aku masih berusia tiga tahun, aku berdiri di suatu malam melihat shalat malam yang dilakukan pamanku Muhammad bin Suwar. Ia mengatakan kepadaku,”Wahai Sahal, mengapa engkau tidak berdzikir kepada Allah yang menciptakanmu?”Aku menjawab, “Bagaimana caranya aku berdzikir kepada-Nya?” Ia mengatakn, “Dengan hatimu saat engkau berganti pakaian. Ucapkanlah tiga kali tanpa menggerakkan lisanmu : Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyajsikanku.” Aku lalu mempraktekkan apa yang disampaikan pamanku itu dalam beberapa hari, dan lalu aku memberitahukan kepadanya. Ia mengatakan, “Katakan seperti itu setiap malam tujuh kali.” Aku pun melakukannya. Aku merasa hatiku nikmat melakukannya. Hingga setelah satu tahun berlalu, pamanku berkata, “Ingatlah apa yang telah aku beritahukan kepadamu. Lakukan terus sampai engkau masuk liang kubur. Itu sangat berguna bagimu saat di dunia dan akhiratmu.” Sampai bertahun-tahun setelah itu aku terus melakukannya. Aku benar-benar merasakan nikmat dalam kesendirianku. Sampai suatu ketika, pamanku berkata lagi kepadaku, “Wahai Sahal, barang siapa yang merasakan Allah bersamanya, melihatnya dan menyaksikannya, maka ia takkan pernah bermaksiat kepada-Nya. Hati-hatilah engkau dari kemaksiatan.” (Ihyaa Ulumiddin, 3/74)

 

Saudaraku,

Sadarilah secara baik-baik bahwa Allah SWT memang selalu memperhatikan dan melihat semua gerak gerik kita. Yang secara kasat terlihat bahkan juga yang terbesit di dalam hati. Sadari juga bahwa Allah SWT Maha Rahmah, Maha Kasih Sayang, meski terhadap hamba-hambanya yang melakukan kemaksiatan sekalipun. Agar hati kita selalu optimis untuk memohon ampunan dan segera merubah langkah yang terlanjur menyimpang.

Dengarlah kisah menarik untuk direnungi. Yusuf bin Al Husein bercerita, ketika ia pergi bersama Dzin Nun Al Misri di tepi sebuah sungai. Ia melihat seekor kalajengking besar. Kalajengking itu lalu naik ke punggung katak yang kemudian menyeberang ke sisi sungai lain. Dzin Nun mengatakan, “kalajengkin ini punya suatu keperluan! Ayo kita ikuti dia.” Kami lalu mengikuti kalajengking itu yang ternyata menghampiri seseorang yang sedang tidur dalam kondisi mabuk. Tak lama kemudian muncul seekor ular berbisa merayap yang ingin menggigit orang yang sedang tidur itu. Tapi ia seperti minta izin kepada kalajengking besar yang juga ada di dekat pemabuk yang tertidur. Kalajengking lalu mencapit ular tersebut hingga lari dan tak lama kemudian. Ia lalu kembali ke arah tepi sungai dan menaiki punggung katak yang tadi membawanya hingga menyeberang ke sisi sungai lain. Dzin Nun membangunkan pemabuk yang tertidur itu lalu mengatakan, “Lihatlah, bagaimana Allah SWT menyelamatkanmu dari ular yang ingin menggigitmu. Kalajengking itu, ,Allah utus kepadamu untuk menyelamatkanmu dari ular yang ingin menggigitmu. Pemuda itu terkejut dan mengatakan, “inikah yang Engkau lakukan terhadap orang yang telah bermaksiat kepada-Mu? Bagaimana kebaikan-Mu dan kasih sayang-Mu terhadap orang yang berlaku taat kepada-Mu?” Orang itu pun lalu pergi. Dzin Nun bertanya, “Mau kemana?” Ia menjawab, “Ke rumah Allah, untuk taat kepada Allah.” (At Tawwabiin, Ibnu Quddamah, 227).

Tidak ada komentar: