“SEPERTI BURUNG, YANG SERIUS MENJALANI HIDUP” KARYA M. LILI NUR AULIA
Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 235 Th.12)
“Semua permainan itu batil,” ujar Rasulullah SAW. Tapi hadits Rasulullah SAW itu tak berhenti sampai kalimat itu.”Kecuali tiga hal : seseorang yang melatih kudanya, pencengkraman suami dan istri, dan istilah latihan memanah serta menomak. Ketiganya itu termasuk dalam al haq.” (HR. Abu Daud dalam Bab Jihad, bab Latihan Memanah).
Meski sepintas saja, hadits ini menyimpan banyak hal yang unik. Bagaimana Rasulullah SAW, menggambarkan sesuatu yang bersifat permainan, tetapi bisa membawa manfaat dalam tiga aktifitas yang bergitu detail. Hadits senada, ada pula yang berbunyi, “Segala sesuatu kecuali, dzikirullah adalah kesia-siaan dan permianan. Kecuali empat hal : sendagurau suami istri, latihan berkuda, seorang yang berkompetisi dengan musuhnya dan mengajarkan cara berenang.” (HR. An Nasai dalam bab Usyratu An Nisa, Shahih Al Jami’, no. 4534)
Saudaraku,
Coba kita kupas lebih dalam hadits ini. Di sini, Rasulullah mengkhususkan arti permainan, pada suatu yang bisa mendatangkan manfaat. Jika kita dalami, kita akan mendapati bahwa semua hal yang disebutkan itu sangat terkait dengan kondisi manusia secara lengkap. Terkait dengan kesinambungan keturunan, terkait dengan kesehatan dan kekuatannya dan terkait dengan kehormatan dan kemuliaannya. Artinya, semua itu bisa membawa manusia lebih mendekat pada kemuliaan dan kelengkapan hidupnya.
Saudaraku,
Para ulama mentafsirkan hadits ini dengan menyebutkan bahwa yang di maksud senda gurau antara suami istri, adalah keadaan lazim yang dilakukan keduanya sebelum melakukan hubungan yang bisa menjadi awal lahirnya keturunan bagi keduanya. Sedangkan, kompetisi dengan musuh terkait situasi kondusif dalam menunjukan siapa yang lebih piawai, lebih baik, lebih kuat, lebih menguasai, di hadapan musuh. Kemudian, mengajarkan berenang, tentu terkait dengan aspek kesehatan dan kekuatan seseorang. Lalu, melemparkan tombak dan berlatih memanah dan juga melatih kuda adalah persiapan yang harus dilakukan untuk mengantisifasi serangan musuh. Ini bisa ditafsirkan dalam bentuk persiapan apapun, yang bisa menjadi benteng pertahanan umat Islam bila mendapat serangnan dan itu menjadi syarat kehormatan di hadapan musuh yang menyerang.
Sempurna sekali hadits ini….
Saudaraku,
Mari kita lanjutkan dengan melihat pilihan kata Rasulullah SAW dalam hadits ini. Rasul menyebutkan, semua permainan itu adalah batil. Sebenarnya, arti batil adalah, taka da kebaikan di dalamnya dan taka da manfaat apapun. Batil, memiliki arti lebih umum daripada haram. Batil, bisa mencakup haram dan tidak haram tapi tidak bermanfaat. Singkatnnya, mungkin kata “Batil” bisa diartikan semua yang bisa mendatangkan bahaya. Bagaimana mungkin sesuatu yang bahaya tapi tidak haram?
Benar. Itu bisa dilihat dari dua hal. Pertama, mubah yang dilakukan berlebihan, itu bisa menjadi batil. Misalnya, air dan makanan, keduanya mubah. Tapi bila berlebihan digunakan, melewati keperluan, bisa membawa bahaya. Bisa mematikan. Keduanya, makruh atau yang dibenci bila dilakukan. Contohnya, ikut hadir ke tempat orang yang ramai bercanda dna banyak humor. Bila dilakukan berlebihan, itu bisa membuat hati seseorang menjadi kasat dan mati.
Intinya, baik haram atau tidak haram, setiap kita sebagai Muslim harus memperhatikan apakah sesuatu yang dilakukan itu bisa membawa bahaya bagi tubuh, bagi ruh atau jiwa, bagi akal, bagi harta, bagi kehormatan, bagi keluarga dan lainnya. Ya, meskipun tidak sampai haram. Itulah substansi yang dimaksud dalam hadits Rasulullah SAW tadi. Begitu dalam Rasulullah SAW memberi batasan dalam hidup ini. Bahwa kehidupan ini, memang selalu berdiri diatas prinsip yang sama, siapapun yang berbuat maka ia akan menuai akibatnya. Dan siapapun yang lalai, ia akan rugi.
Saudaraku,
Perhatikanlah hewan yang ada di sekitar kita. Burung-burung yang terbang di pohon-pohon dan hinggap di ranting pohon atau di tempat-tempat tertentu itu, mereka sangat mengerti apaarti keseriusan, usaha dan bekerja. Mereka melewati waktu hidupnya dengan begitu serius, baik untuk mempersiapkan kerja, atau dalam proses kerja yang bisa mendatangkan manfaat bagi mereka. Permainan, dalam hidup mereka adalah saat mereka bekerja mencari makan. Bahkan itu menjadi bagian yang bisa menopang hidup mereka. Seperti itulah ketetapan Allah SWT kepada mererka.
Saudaraku,
Hewan-hewan itu tidak diberi taklif (tugas) oleh Allah SWT. Sedangkan kita, manusia, diberi taklif oleh Allah SWT. Mereka, hewan-hewan itu, menanam dan menuai hasilnya di dunia. Sedangkan kita, menanam dan menuai hasilnya di dunia dan tentu di akhirat. Hikmahnya, kita dan mereka harus sama-sama bahkan lebih serius dan sungguh-sungguh menjalani hidup ini. Bukan untuk sekedar permainan, yang tak membawa manfaat tapi bisa membawa bahaya.
Kini, kita begitu banyak di antara kita yang tenggelam dan terseret-seret dalam permainan yang tidak membawa manfaat dan membahayakan. Tengelam dalam game elektronik, pesta nyanyi, mode dan sebagainya. Padahal dalam protokolat Zionis disebutkan bahwa salah satu misi mereka yang tercantum pada point 13, adalah menenggelamkan manusia dalam permainan. “Agar menjauhkan kalangan non Yahudi mengetahui apa langkah baru kita, kita akan hanyutkan mereka dalam ragam permainan yang melalaikan.”
Saudaraku,
Orang-orang yang mengerti tentang keseriusan dalam hidup ini, akan mengatakan, “Kewajiban lebih banyak dari pada waktu yang ada.” Bagi mereka yang mengetahui apa peran mereka dalam hidup, mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang harus diterima akibatnya dari hidup. Mereka akan menimbang-nimbang. Lalu mendapati bahwa apa yang harus mereka lakukan lebih banyak dari rentang waktu yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka tenggelam dilautan amal, bekerja, keseriusan, jauh dari permainan yang tak membawa manfaat apalagi yang membahayakan.
Dalam surat Ath Thariq, Allah SWT yang artinya, “Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil dan sekali-kali bukanlah dia sendau gurau.” (QS Ath Thariq:13-14).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar