Senin, 08 Februari 2021

AGAR KITA BELAJAR MENGHIBA PADA-NYA

”AGAR KITA BELAJAR MENGHIBA PADA-NYA” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 215 Th.11)

 

Rasulullah SAW, pernah bersabda, “Kelak ada orang yang termasuk tabi’in terbaik bersama Uwais. Dia mempunyai seorang ibu, dan dia sangat berbakti kepadanya. Sehingga, kalau dia mau berdoa kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan do’anya. Dia mempuyai sedikit tanda lingkaran outih di tangannya. Oleh karena itu, perintahkan dia (untuk berdo’a), niscaya dia akan memintakan ampun untuk kalian.” (HR. Muslim)

                Saudaraku,

                Uwais Al Qarni disebut oleh Rasulullah SAW sebagai khairut taabi’iin, generasi taabi’iin yang paling baik. Ia sebenarnya hidup sezaman Rasulullah SAW, tapi ia tak pernah bertemu Rasulullah SAW karena harus merawat ibunya yang sudah retna di Yaman. Do’a yang dipanjatkan Uwais, pasti dikabulkan Allah SWT. Dan karena hadits itulah, Umar dan Ali radhiallahu anhuma, berusaha mencari Uwais Al Qarni dan ketika menemukannya, mereka meminta agar Uwais Al Qarni mengucapkan do’a kepada Allah SWT untuk diri mereka.

                Saudaraku,

                Keberadaan hadits Uwais Al Qarni ini, banyak sekali dibicarakan oleh para ulama. Selain karena baktinya kepada orang tua, juga terkait kebolehan atau anjuran kita meminta kepada Allah SWT dengan wasilah (sarana) orang shalih. Nasihat Rasulullah SAW kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma untuk memintakan ampunan Allah SWT melalui Uwais Al Qarni, menjadi pinjakan dianjurkannya memintakan do’a kepada orang yang kita anggap lebih shalih, utnuk diri kita. Tapi pandangan para ulama tak sampai sebatas itu. Ada penjelasan lain yang penting kita mengerti, sebagaimana disampaikan Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

                Ia mengatakan, “Sesama permintaan do’a itu, ditujukan kepada orang yang berdo’a dan juga orang yang memintakan do’a, itu sama halnya dengan anjuran meminta agar orang lain melakukan sesuatu kebaikan. Dan itu termasuk perilaku meniru Rasulullah SAW. Tidak ada masalah dalam hal ini. Tapi bila tujuan meminta do’a kepada orang lain itu hanya terfokus untuk orang yang meminta agar hajat dan keperluannya dido’akan, maka hal ini tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Dan inilah permintaan do’a yang tidak dikehendaki. Sikap seperti ini bisa mengarah pada meninggalkan kecenderungan kepada Allah SWT dan rasul-Nya, lalu lebih cenderung kepada makhluk dan meminta tolong kepada makhluk.”

                Hadits terkait Uwais Al Qarni, menurut para ulama adalah kasuistik, dalam arti hanya kekhususan yang terkait orang-orang tertentu seperti disabdakan Rasulullah SAW. Sebagaimana juga permohonana sahabat yang buta dan memintakan do’a kesembuhan kepada Rasulullah SAW agar Allah SWT bisa menyembuhkan penglihatannya. Itu juga kekhususan, terkait posisinya sebagai utusan Allah SWT yang istimewa. Tapi selain masalah itu, permohonan do’a, menurut mereka tetap lebih baik dan lebih utama bila dilantunkan langusng, kepada Allah SWT.

Saudaraku,

                Meminta sendiri apa kebutuhan dan hajat kita kepada Allah SWT, itu sangat lebih baik ketimbang memintakan do’a dengan perantara orang lain. Memohon kepada Allah SWT melalui amal-amal shalih kita sendiri, itu pasti lebih baik ketimbang meangandalkan amal shalih orang lain. Memohon langsung kepada Allah SWT dan menyebutkan langusng apa yang kita pinta, itu pasti akan lebih khusyu’ dan lebih dirasakan dalam maknanya bila kita sendiri yang melantunkannya. Karena sesungguhnya, permohonan yang kita ucapkan sendiri, akan lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT. Inilah yang penting. Kita akan merasakan dekat kepada Allah dan tertuntun untuk memiliki hubungan yang baik dengan Allah SWT. Hati kita akan tersinarkan oleh rasa luruh, tunduk, tak berdaya, kecil, kerdil, lemah, di hadapan Allah SWT. Dan itulah suasana yang sangat sulit kita rasakan, selama kita masih mengandalkan atau lebih senang memintakan do’a melalui orang lain, meski mungkin orang lain itu orang shalih, kepada Allah SWT.

                Saudaraku,

                Ada alasan lain penting kita pertimbangkan. Karena ternyatapermintaan do’a kepada orang lain itu sama sekali tak menjadi kebiasaan para salafushalih dahulu. Bila pun ada, itu mungkin terjadi dalam situasi yang sangat jarang sekali. Yang terjadi justru orang-orang shalih dahulu kerap kali menolak saat ia dimintakan do’a oleh orang lain. Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu, pernah dimintakan do’a oleh seseorang agar dirinya mendapat ampunan Allah SWT. Saad mengatakan, “Apakah saya ini nabi?” Seperti juga Zaid bin Wahhab rahimahullah yang menceritakan bahwa seseorang berkata pada Huzaifah radhiallahu anhu, ”Tolong do’akan agar Allah mengampuni saya.” Huzaifah justru menjawab, “Semoga Allah tidak mengampuni dirimu.”

                Sehingga diriwayatkan ketika Thawus didatangi sejumlah orang yang mengatakan, “Wahai hamba Allah, do’akanlah Allah SWT untukku?” Thawus mengatakan, “Berdo’alah anda untuk diri anda sendiri. Karena Allah SWT berfirman, “Dialah akan mengabulkan doa orang yang telah terdesak, jika ia berdo’a kepada-Nya.” Yang disebut berdo’a dalam ayat itu adalah orang yang bersangkutan dan di sanalah Allah SWT akan mengabulkan pintanya. Allah SWT juga mengatakan, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan permintaan kamu.” (QS. Al Mu’min : 60). Dalam ayat itu, Allah SWT memerintahkan kita langsung untuk meminta dan memohon kepada-Nya.

                Saudaraku,

                Memohonkan do’a melalui orang lain, tidak membuat jarak kita kian dekat dengan Allah SWT. Juga bisa memunculkan benih-benih kesombongan betapun kecilnya, dalam diri yang dimintakan do’a. Ini juga harus kita usahakan untuk tidak terjadi.memohonkan do’a melalui orang lain, secara disadari ataupun tidak, memberi lintasan fikiran bahwa berdo’a melalui orang tersebut, lebih di dengarkan oleh Allah SWT, ketimbang kita sendiri yang melakukannya. Padahal anggapan seperti ini sama sekali salah. Memintakan do’a kepada orang lain, memang tidak dilarang oleh para ulama memang. Tapi mereka lebih menganjurkan kita menggunakan cara yang lebih utama dan lebih memberikan kebaikan.

                Saudaraku,

                Agar kita lebih dekat kepada Allah SWT. Agar kita bisa mendapatkan suasana intim melalui bulir-bulir do’a dan pinta yang kita ucapkan kepada Allah SWT. Agar kita belajar bagaimana cara berdo’a dan menghiba kepada-Nya. Supaya kita mengalami suasana berdekat-dekat dengan Allah SWT.

                Apa yang menjadi hajat kita? Mintalah langsung kepada-Nya.

Tidak ada komentar: