Rabu, 03 Februari 2021

UCAPKAN ALHAMDULILLAH

“UCAPKAN ALHAMDULILLAH” KARYA M. LILI NUR AULIA

Dikutib dari Majalah Tarbawi (edisi 226 Th.11)

 

Asy Syukru (Syukur) dalam Bahasa Arab, artinya ‘irfan al ihsan wa nasyruhu atau mengakui kebaikan dan menyebarkan kebaikan itu. Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, “Syukur itu ketetapan hati dalam mencintai Yang Memberi nikmat, juga ketetapan anggota tubuh untuk mentaati-Nya, serta terus menerusnya lisan untuk berdzikir dan mrmuji-Nya. (Madarij Salikin, 2/136)

Saudaraku,

Dalam ungkapan yang lebih sederhana tapi mendalam, Al Hafiz Ibnu Hajar mengatakan, “Syukur itu mengakui nikmat dan melakukan pengabdian pada yang memberi nikmat.” Lalu, Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mensyukuri semua nikmat itu adalah tidak bermaksiat pada Allah setelah menerima nikmat itu.” Ia juga mengatakan, “Hakikat syukur itu adalah ketika kondisi seseorang tidak mampu lagi mensyukuri nikmat Allah, karena banyaknya.

Syukuri nikmat itu tak hanya dengan lisan. Tidak hanya sekedar memuji Allah dan berdzikir, tetapi juga termasuk membaca Al Quran yang juga menggunakan lisan, menyampaikan nasihat yang baik pada orang lain, berbicara tentang nikmat Allah SWT dan tidak mengingkarinya yang semuanya menggunakan lisan. Syukur dengan cara seperti ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Itu sebabnya, dalam hadits disebutkan bahwa Rasul SAW kerap bertanya pada sahabatnya, “Bagaimana kabarmu wahai Fulan?” Kemudian dijawab, “Aku memuji Allah SWT “Rasulullah lalu bersabda, “inilah yang aku inginkan darimu..” (HR. Thabrani dishahihkan oleh Al Albani).

Karena suasana yang dibangunkan Rasulullah SAW itu, para sahabat radhiallahu anhum, meski sering bertemu , mereka tetap menanyakan kabar  satu sama lain. Seperti perkataan Ibnu Umar radhiallahu anhu, “Kami bisa saja berulangkali bertemu dalam satu hari, tapi satu sama lain dari kami tetap saling bertanya kabar. Kami tidak ingin dari itu, kecuali agar saudara kami memuji Allah SWT.” (HR. Baihaqi)

 

Saudaraku,

Apakah syukur dipraktikkan hanya saat seseorang menerima nikmat saja? Jawabannya, bisa iya, bisa juga tidak. Sebab, saat kita mengalami suatu kedukaanpun, sebenarnya, ada banyak nikmat yang Allah SWT berikan di sekeliling kedukaan atau bencana itu. Dan itulah cara syukur yang didalami oleh orang-orang shalih.

Perhatikanlah Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, saat menceritakan bagaimana sebagian ahli ilmu menyebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan pada Malaikat-Nya untuk memberikan sesuatu yang membahagiakan pada seorang hamba-Nya yang beriman. Setiap kali diberikan sesuatu yang membahagiakan, hamba itu mengatakan “Alhamdulillah.. alhamdulillah.. maa syaa Allah…” Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat-Nya untuk memberikan sesuatu yang menyedihkan dan menakutkan hamba-Nya itu. Tapi tetap saja hamba itu meski mendapatkan sesuatu yang tidak ia suka, mengatakan, ”Alhamdulillah, Alhamdulillah”. Maka, Allah SWT berfirman, “Aku melihat hamba-Ku memujiku ketika Aku memberikan sesuatu yang menakutkannya, sebagaimana ketika Aku memberi kesenangan padanya. Masuklah hambaku itu ke dalam surge-Ku karena ia telah memuji-Ku karena ia telah memuji-Ku dalam segala keadaan.” (Syu’abul Iman 4/117)

Mari renungkan bagaimana sikap orang-orang shalih selalu memuji Allah SWT, dalam kondisi apapun keadaan mereka. Syuraih rahimahullah mengatakan, “Sungguh aku ditimpa musibah, tapi aku tetap memuji Allah atas musibah itu karena empat perkara. Pertama, aku memuji Allah, karena aku tidak ditimpa musibah yang lebih besar dari yang aku terima. Kedua, aku memuji Allah karena aku diberikan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi musibah. Katiga, aku memuji Allah SWT karena Allah SWT telah menempatkan aku dalam kondisi aku bisa berharap pahala dari-Nya. Dan keempat, aku memuji Allah karena tidak ditimpakan musibah dalam urusan agamaku.” Dari mana mereka mendapatkan energy untuk bisa tetap bersyukur dan mengucap “Alhamdulillah”? Jawabannya adalah, dari kesadaran dan pengetahuan mereka yang begitu mendalam terhadap nikmat Allah SWT yang diberikan kepada mereka.

Saudaraku,

Pernah ada seseorang sahabat yang terburu-buru datang berusaha bergabung dalam shaff shalat berjamaah. Setelah sampai di shaff, ia mengatakan, “Alhamduliilah hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih?” Para sahabat awalnya terdiam. Namun kemudian, seorang sahabat berkata, “Aku ya Rasulullah . Aku terburu-buru berjalan untuk bisa bergabung dalam shaff shalat berjamaah. Lalu aku mengatakan kalimat itu.” Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat dua belas Malaikat berlomba mengangkat orang yang mengucapkan kalimat itu.” Setelah itu Rasul SAW bersabda, “Bila salah seorang kalian berjalan untuk shalat, hendaklah berjalan dengan tenang. Lalu shalatlah, bagaimana keadaan yang ia dapatkan. Lalu tunaikanlah, yang teritnggal.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

Saudaraku,

Bersyukur bukan hal mudah. Tanpa terus menggali untuk mengenal Allah SWT, kita akan sulit merasakan kesyukuran. Tanpa berupaya merenungi nikmat demi nikmat Allah SWT kepada kita, tidak akan mudah menghadirkan kedamaian syukur dalam hati. Tanpa berusaha mengalahkan kecenderungan manusiawi yang selalu menginginkan yang lebih baik, kita akan susah memiliki skap syukur. Tanpa menghadirkan rasa tunduk dan patuh pada kehendak Allah SWT Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Maka Kasih Sayang, kita sulit mengucapak  kesyukuran atas keadaan yang kita terima.

Mari banyak-banyak mengucapkan”Alhamdulillah”. Semakin banyak kita mengucapkannya, tekanan dalam jiwa akan semakin berkurang dan hati jadi kian lapang. Semakin banyak kita mengucapkan ”Alhamdulillah” akan senajub membawa keberkahan lalu, wajah menjadi lebih menarik, berseri penuh dan sabar. Semakin banyak mengucapkan, ”Alhamdulillah”, berarti tak akan ada yang dapat melukai hati kita, dan menyakiti kita,

Saudaraku,

Mari mulai kebiasaan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT itu dengan menghidupkan kembali sunnah para sahabat dahulu yang bertanya pada saudaranya, “Bagaimana kabarmu saudaraku?”

 

Bagaimana jawabmu saudaraku?

Tidak ada komentar: